KAKAO ENGGANO TERSERANG VSD DAN PBK
Sebagian besar petani di pulau enggano menjadikan tanaman kakao sebagai komoditas utama mereka, selain karena alasan tanah dan iklim yang cocok untuk tanaman kakao, di pulau ini tidak terdapat hama seperti tupai dan kera yang menjadi hama utama tanaman kakao (tapi babinya luar biasa).satu satunya hama kakao di enggano adalah babi hutan yang tidak hanya menyerang buah kakao yang masih menempel di pohon namun juga hobi mencabut bibit kakao yang baru di tanam.
Namun sejak beberapa tahun terakhir penghasilan petani kakao merosot tajam akibat berjangkitnya penyakit busuk buah kakao, penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit vascular streak dieback (VSD) alias penyakit pembuluh kayu (ini menurut perhitungan saya aja,sebenarnya yang cocok bikin laporan kayak gini tu PPL, tapi saya capek nunggu PPL laporan, mungkin juga dia dah laporan tapi ga di tanggapi, bisa jadi ga pernah kerja karena ga ada pengawas kedisiplinan pegawai di enggano, atau memang ga ada PPL di enggano, ga taulah aku….)
Akibat serangan penyakit ini produktifitas tanaman turun menjadi 0,4 ton/ha/tahun dari hasil normal 1,1 ton/ha/th. Bahkan untuk kasus serangan VSD, tanaman kako petani dapat mengalami kematian 100 %.
Sudah beberapa tahun terakhir serangan penyakit ini tetap tidak mendapat penanganan serius.bahkan para petani terlihat bingung dengan bagaimana menangani penyakit ini, (Tanya ma PPL pak, kalo ada tapi…ada nggak yaa..?)
Tapi okelah…walau pun aku bukan PNS, bukan PPL dan tidak dapat gaji dari pemerintah tak apa, jikalau ada para petani yang coklatnya terserang penyakit VSD dan PBK silahkan menghubungi saya secara langsung (zulvan Zaviery,broo), insya allah saya dapat memberikan solusi. (tapi dananya cari sendiri pak ya…,saya belum bisa memberikan obat gratisan…bokek!)
Selain penggunaan pestisida, cara efektif untuk menanggulangi PBK dan VSD adalah dengan metode penggunaan bibit SE (Somatik Embriogenesis),dari hasil penelitian bibit ini tahan terhadap serangan PBK dan VSD.
Bibit SE ini berasal dari sel somatik bunga kakao yang di biakkan dengan metode kultur jaringan.
Bekerja sama dengan PUSLITBANG NESTLE DI TOURS,Prancis.setiap tahun pusat penelitian dan pengembangan kakao dan kopi indonesia di Jember,Jawa Timur, menghasilkan bibit kakao SE sekitar 20 juta batang, jumlah ini dapat memenuhi peremajaan 18.200 hectar ( petani enggano dapat nggaak? Lobi dong lobi….kalau ada pejabat dan pemimpin lokal yang sering koar n ngaku pintar dan berpengaruh,suruh dia lobi dan bungtikan, jangan Cuma bisa ngomong ama terima gaji doang! !)
Bibit kakao SE (SE-bukan sarjana ekonomi !) lebih unggul ketimbang kakao asal benih ( hasil persilangan tanaman).panen pertama setelah 3 tahun pertama produktifitasnya mencapai 0,5 ton biji kakao kering/ha/thn.atau 500 % lebih tinggi ketimbang kakao asal benih,pd umur 4 tahun produktifitasnya naik menjadi 1,1 ton.dan tahun berikutnya meningkat sampai 1,68 ton,dari hasil uji coba produktifitasnya bisa mencapai 2 ton/ha/tahun (uji cobanya di pusat penelitian,jangan di cari di kebun saya..,saya bukan petani kakao..)
Dari tahun 2009 – 2011 terdapat gerakan nasional (GERNAS), peningkatan produksi dan mutu kakao untuk sembilan provinsi dan 40 kabupaten dengan anggaran dana Rp 2,5 triliun, apakah enggano yang termasuk ke dalam bagian dari bagian pemerintah kabupaten bengkulu utara termasuk ke dalam jatah 40 kabupaten itu ? tau……
(Posting by Zulvan Zaviery, contact person at yagazaku@gmail.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar